Angklung yang merupakan alat musik tradisional asal Jawa Barat ini adalah salah satu warisan budaya lisan dan nonbendawi Manusia khas budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO.
Alat musik bernada ganda atau multitonal ini pertama kali tercatat sejarahnya pada sekitar abad ke-12 sampai abad ke-16, pada saat kerajaan Sunda berdiri. Pada awalnya, angklung dialunkan atas dasar kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan.
Sebagai mahasiswa, potensi untuk mengembangkan angklung ini sangat besar. Potensi mahasiswa tidak hanya menjadi pemain angklung yang baik, tapi juga mengaransemen lagu yang akan dibawakan dengan angklung. Sekarang, suda
h banyak lagu Sunda yang diaransemen ke berbagai genre, atau bahkan lagu non-Sunda yang dibawakan dengan nuansa Sunda. Selain melestarikan budaya, mahasiswa juga bisa sekaligus melatih kemampuan mengaransemen lagu, bahkan mengomposisi lagu. Hal ini juga bisa menjadi tantangan bagi mahasiswa, bagaimana mahasiswa berkarya di waktu luangnya. Sebagai mahasiswa, kita yang menjadi harapan penerus bangsa serta yang dipercaya memiliki ilmu tinggi, tentunya ikut bertanggungjawab dan berperan dalam memajukan kepedulian masyarakat terhadap budaya.
Agar masyarakat lebih melek terhadap budaya Indonesia, terutama angklung, mahasiswa bisa menyebarluaskan informasi secara efektif dan menarik melalui event-event besar bertema budaya, misalkan budaya Jawa Barat. Dengan mengumpulkan massa yang besar, informasi mengenai budaya dapat tersampaikan dengan lebih baik karena dibungkus dengan cara yang unik. Contohnya adalah penampilan angklung yang dikolaborasi dengan instrumen lain serta penyanyi solo yang menyinden atau membawakan lagu Sunda. Selain itu, bentuk penyampaian lainnya adalah pameran serta kelas-kelas sederhana yang mengajarkan ilmu mengenai angklung. Mulai dari asal-usulnya, cara pembuatannya, bahkan cara memainkannya sambil membawakan lagu agar masyarakat lebih bersemangat.
Angklung merupakan alat musik tradisional asal Jawa Barat yang menjadi ikon masyarakat Sunda. Sayangnya, angklung pernah diklaim Malaysia sebagai warisan budaya milik mereka. Seharusnya hal ini menjadi cambukan bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa Barat. Rasa keingintahuan serta kepedulian merupakan kunci agar bisa memulai upaya berkontribusi dalam melestarikan angklung. Upaya tersebut bisa berupa mengadakan event bertema budaya, mengadakan pameran serta kelas sederhana, membuat perlombaan, menyebarluaskan informasi melalui media sosial, dan sebagainya.
Sebagai mahasiswa, potensi berkarya dalam bidang seni tradisional sangat besar dan kemampuan mahasiswa bisa berkembang di sini. Peran mahasiswa sangat penting karena tanggungjawab yang dimiliki sebagai penerus generasi. Tantangan bagi mahasiswa selain berlomba-lomba dalam berkarya adalah bagaimana cara membungkus dan menyajikan budaya tersebut sehingga masyarakat bisa lebih tertarik dan penasaran.
Sebagai salah satu upaya untuk melestarikan angklung sebagai music tradisional yang bertaraf internasional, maka kita sebagai masyarakat Indonesia harus berupaya untuk selalu melestarikan semua warisan budaya bangsa yaitu dengan cara mempromosikan alat music tersebut, berupaya untuk dapat memainkannya dan membuat generasi penerus bangsa untuk selalu ikut berpartisipasi untuk melestarikannya. Jadikanlah alat music ini sebagai buah tangan khas dari Negara Indonesia setelah pakaian batik.
Buat semua bangsa Indonesia ayo kita lestarikan “Angklung” sebagai alat music tradisional khas dari negara Indonesia. Kalau bukan kita siapa lagi yang menjaga? Dan kalau bukan sekarang kapan lagi? Nasib bangsa ini ada di tangan kita, dan bagaimana bangsa ini kedepannya itu tergantung kita. Jadi, ayo sama-sama kita lestarikan budaya tradisional sunda.