Filsafat tentang angklung


Sebagai pelatih angklung,menemukan banyak sekali pelajaran berharga di dalam alat musik tradisional yang aku latihkan ini. Seperti yang kita ketahui, alat musik bambu satu ini merupakan alat musik bernada tunggal, yang artinya satu nada hanya untuk satu angklung. Untuk menciptakan sebuah lagu yang harmonis, dibutuhkan banyak nada angklung. Seperti piano, yang memiliki tuts yang lengkap, barulah lagu tersebut dapat tercipta. Setiap nada harus dibunyikan dengan tempo dan dinamika yang tepat, agar tidak terjadi ketipangan nada yang membuat lagu tersebut menjadi sumbang. Semua nada pun harus terisi, agar lagu yang dibawakan tidak terputus, sehingga lagu tersebut dapat menyampaikan pesan, dari kumpulan aransemen musik kepada kita sebagai penikmatnya. Ingat, semua nada harus dalam komposisi yang utuh, tepat, dan presisi.
        Berbicara tentang angklung, pasti tidak lepas terhadap anggota angklung sebagai pemainnya. Anggota angklung memiliki fungsinya masing-masing. Ada yang bertugas menjadi suara melodi, suara pengiring, serta suara bass. Seperti paduan suara yang memiliki jangkauan suara sopran (suara tinggi wanita), alto (suara rendah wanita), tenor (suara tinggi pria), serta bass (suara rendah pria), angklung juga demikian. Semua suara ini berperan dalam membentuk lagu.
         Di angklung, semua anggota wajib menyanyikan notasi lagu berdasarkan bagian angklung yang dipegangnya. Tak jarang masalah pun datang dari hasil proses latihan angklung ini. Masalah muncul ketika anggota tidak menyanyikan notasi, seringkali tempo dan dinamika lagunya berubah, terkadang terlalu pelan, atau kecepatan, bahkan ada yang membunyikannya terlalu halus, maupun terlalu kuat. Dari tidak menyanyikan notasi juga dijumpai masalah baru, anggota sulit menghapal lagu, dan sering lupa membunyikan angklung, sehingga lagu tersebut menjadi bolong atau terputus. Masalah lain terjadi ketika anggota tidak datang latihan. Ibarat tuts piano, nada angklung tidak akan lengkap, yang menyebabkan sebuah lagu tidak dapat dimainkan. Masalah-masalah tersebut sangat penting diketahui anggota, bahwa mereka merupakan komponen penting pencipta suatu mahakarya lagu, selain alat musik angklung sendiri.
          Analogi angklung tersebut sangat tepat digunakan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam bermasyarakat. Harmonis atau harmoni dalam istilah musik merupakan keserasian nada secara bersamaan, sedangkan menurut ilmu filsafat, harmoni atau harmonis merupakan kerjasama yang menghasilkan kesatuan yang luhur. Begitupula kita,umat manusia yang hidup dalam lingkungan masyarakat, hidup harus serasi berdasarkan aturan-aturan dan panutan yang diterapkan dalam masyarakat.
         Menurut Aristoteles, manusia disebut Zoon Politikon, atau makhluk sosial yang hidup saling berinteraksi. Artinya, jika diibaratkan di angklung, manusia merupakan angklungitu sendiri. Ia tidak dapat memainkan semua peranan sendiri. Dibutuhkan banyak angklung yang saling melengkapi satu sama lain untuk menciptakan lagu. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya yang bersatu. Di setiap daerah terdapat adat istiadat dan kebiasaanya sendiri. Ada yang budaya bertuturnya halus, ada yang keras. Ada yang kebiasannya mencari kehidupan di laut, ataupun di dalam hutan. Yang tinggal di ngarai atau lembah, dataran rendah, maupun di dataran tinggi atau pegunungan. Semua berbeda, seperti nada-nada angklung yang berbeda dan semuanya memiliki fungsinya tersendiri. 
         Tempo dan Dinamika merupakan komponen penting terciptanya suatu lagu yang mampu menyampaikan pesan dan emosi kepada kita sebagai pendengar atau penikmatnya. Tempo atau ketukan merupakan cepat lambatnya notasi dibunyikan, serta dinamika merupakan pelan kerasnya suara yang dibunyikan. Nenek moyang kita selalu menjunjung tinggi pribahasa, "Di mana langit dipinjak, di situ langit dijunjung, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, atau ringan sama dijinjing,berat sama dipikul", yang artinya kita harus menyesuaikan diri dimanapun kita berada, bersikap adil, saling mengingatkan dan gotong royong. Menyesuaikan diri dengan tempo dan dinamika bermasyarakat di mana kita hidup, tinggal, berkeluarga, hinggamencari rezeki. Tidak boleh ada yang melampaui batasnya. Seperti sebuah nada, jika ada yang terlalu cepat, atau lambat, terlalu kuat atau pelan, akan menghasilkan suara yang tidak seimbang dan cenderung menjadi sumbang. Nah,seperti itulah kehidupan manusia. Agar semuanya berjalan seimbang, harus mau mengikutibatas-batasnya, batas-batas norma dan etika yang berlaku, dan semuanya harusmampu menjalankan peranannya masing-masing tanpa mengganggu, mendahului atau mengambil hak-hak yang bukan miliknya. Sama seperti notasi musik pada bukumusik yang memiliki aturan tempo, dan dinamika. Semua harus bertanggungjawab pada dirinya masing-masing, dengan tetap memberikan perhatian pada yanglainnya. Dalam angklung diibaratkan seperti tabung bambu yang selalu lebih dari satu, ada tabung yang besar, ada tabung yang kecil. Morfologi dari bentukangklung tersebut juga mencerminkan pandangan bahwa yang kuat harus dapatmelindungi yang lemah. Saling membantu dan gotong royong tanpa saling berjauhan atau bahkan melupakan.
          Filosofi angklung inilah yangdapat dijadikan pandangan untuk membentuk kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Tidak pandang bulu, tidak memandang siapa aku, atau siapa kamu, kita tetap satu saudara sebangsa dan setanah air. Semua orang boleh bermain angklung, begitu pula dalam hidup bermasyarakat, semua orang memiliki kesempatanyang sama. Mereka dapat menjadi pelatih atau konduktor (pemimpin lagu), asalkan mereka mengetahui ilmunya, begitupula untuk menjadi pemimpin, setiap orangpun dapat menjadi pemimpin asalkan mereka mengetahui cara memimpin dengan penuh etika, kejujuran, dan tanggung jawab.
          Apakah kalian suka mendengar lagu dengan nada yang sumbang dan berantakan? Tentu tidak bukan! Di dalam musik, hasil karya musik akan terdengar indah dan sempurna setelah melalui beberapa proses latihan. Tentunya latihan tersebut sangat berat dan disiplin,yang pada akhirnya akan menciptakan harmoni lagu yang utuh, tepat, dan presisi. Bagi kita sebagai umat manusia, konflik atau cobaan mungkin akan terus terjadi.Baik itu yang ringan, sedang, hingga berat sekalipun. Seperti belajar musik, kita tidak mungkin hanya mempelajari satu lagu secara terus menerus, pastilah seorang profesional harus dapat memainkan lagu dari yang paling mudah, sedang, hingga yang paling sulit sekalipun, untuk menempa kualitas diri dan keahlian. Semua itu dapat kita lewati asalkan kita percaya pada diri sendiri, dan mempu berkerjasama dengan orang lain. Tidak lupa bahwa selalu ada kekuatan yang mendukung kita secara spiritual, yaitu kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pedoman utama dalam setiap doa dan harapan kita semua.
        Tidak ada orang yang ingin hidup dalam kekangan, konflik, dan penjajahan. Semua orang ingin hidup bebas dan merdeka.Jika setiap orang mengerti dan memahami masing-masing hak dan kewajibannya, pastilah harmonisasi hidup bermasyarakat tersebut dapat tercipta. Semua ini belum terlambat asal di dalam hati kita masih memiliki rasa empati, simpati, sabar,rela berkorban dan saling memaafkan. Mari kita bersama mendengarkan laguberjudul persahabatan. Bukanlah persahabatan itu indah sobat? 

0 Comments