1. Musik Pengiring Perang
Awalnya, hanya kalngan kerajaan saja yang di perbolehkan bermain angklung. Mereka bermain angklung untuk berbagai kegiatan kerajaan. Tapi selanjutnya, dalam berbagai peperangan yang dilakukan Sultan Agung Banten, serangan pasukannya selalu diiringi oleh suara angklung. Selain perang tersebut, angklung sebagai pengiring perang juga dipakai pasukan kerajaan Pajajaran dalam perang Bubat

2. "Ditakuti" Pemerintah Kolonial
Suara angklung yang dimainkan bersama-sama oleh rakyat dinilai dapat membangkitkan semangat perang rakyat. Pemerintah Kolonial Belanda pun jadi ketakutan, lali dia melarang angklung dimainkan di kalangan luas. Hanya rakyat bawah, terutama kaum pengemis saja yang boleh memainkan angklung. Pada masa itulah, popularitas angklung sempat menurun karena orang takut dianggap pengemis jika memainkan angklung
3. Angklung Tertua

Angklung ini adalah Angklung Gubrag, angklung tertua dalam sejarah & masih ada sampai sekarang. Usianya sudah mencapai 400 tahun. Angklung ini dibuat di Jasinga, Bogor. Menurut sejarah, Angklung Gubrag digunakan untuk memikat Dewi Sri turun dari langit (bahasa Sunda = ngagubrag) & memberi berkah kesuburan pada padi. Karena itulah angklung ini dinamakan Angklung Gubrag. Untuk melihat beberapa diantaranya, angklung ini bisa kita jumpai di Museum Sri Baduga Bandung tepat di depan Tegal Lega.
4. Bambu Hitam

Sebenarnya, ada beberapa jenis bambu yang dapat dipakai untuk membuat angklung, diantaranya : bambu hitam (Gigantochloa atter), bambu tali (Gigantochloa apus) & bambu tutul (Banbusa vulgaris). Tapi, menurut penelitian & perbandingan, bambu hitamlah yang dapat menghasilkan suara angklung yang juara

5. Waktu Khusus
Agar tidak muda diserang hama & kualitaas suaranya baik, bambu untuk membuat angklung harus berusia 4-6 tahun & benar-benar kering. Nah, pada musim kemarau di antara jam 9 pagi sampai dengan jam 3 sore, kadar air dalam bambu sedang rendah-rendahnya nih. Pada saat itulah, bambu baik untuk ditebang

6. Usia Bambu
Agar tidak mudah diserang hama dan kualitas suaranya baik, bambu untuk membuat angklung harus berusia 4-6 tahun dan benar-benar kering. Setelah ditebang, bambu tidak dapat langsung jadi angklung. Tapi, bambu harus diangin angin dulu sampai benar benar kering. Pengeringan itu pun tidak boleh dijemur, karena dapat menjadikan bambu retak. Agar kadar airnya benar benar hilang atau kering,bambu harus diangin angin selama 6 bulan atau lebih.
7. Angklung 2 Jenis Nada

Umumnya angklung hanya mengeluarkan 1 jenis nada. Tapi Angklung Cuk dibunyikan dengan 2 cara. Nada pertama dihasilkan dengan menggoyangkan semua ruas bambu & nada ke 2 dihasilkan dengan menahan salah 1 ruas bambu. Angklung Cuk biasanya dimainkan untuk lagu Keroncong
8. Alat Ritual Kesuburan Padi
Kedekatan angklung dengan masyarakat juga tampak pada ritual mereka yang menggunakan angklung. Konon, masyarakat pedesaan yang mayoritas berprofesi sebagai petani, mempercayai angklung memiliki peranan dalam kesuburan padi. Caranya adalah dengan melakukan ritus memanggil Dewi Padi (Dewi Sri) untuk turun ke bumi sehingga mendapatkan berkah kesuburan padinya.

9. Alat Penggerak Massa
Alat musik angklung yang saat ini sering kita jumpai, ternyata dalam sejarahnya pernah menjadi media penting bagi masyarakat. Yaitu, sebagai alat penggerak massa. Pada masa kolonial Belanda, masyarakat Sunda dilarang memainkan angklung. Hal ini disebabkan suara angklung yang dimainkan bersama-sama oleh rakyat menjadi pemicu kebangkitan semangat rakyat untuk melawan penjajah. Oleh karenanya, angklung hanya boleh dimainkan oleh anak-anak.
Jauh sebelum itu, angklung juga berperan sebagai alat musik pengiring perang. Hal ini tentu sangat mendorong sekaligus memompa semangat prajurit pada saat peperangan terjadi, sebagaimana yang pernah dilakukan tentara Kerajaan Padjajaran ketika berperang melawan Majapahit sekitar abad ke-14. Dengan demikian, angklung pada zaman dahulu cukup dekat dengan masyarakat setempat.